FF I Think You Love Me So Badly (Oneshoot)

image

Title: I Think You Love Me So Badly
Author: @vhyra_pabbo
Genre: Romance, thriller, suspense, psychological, etc.
Main Cast: Bae Suzy, Kim Myungsoo, Choi Minho
Sub Cast: OCs
Length: Oneshoot

Warning: Ini adalah cerita yang saya buat murni dari pikiran saya. Cerita ini hanya fiktif belaka. kalau ada kesamaan tokoh, tempat, dan cerita itu merupakan bukan kesengajaan. Ghamsahamnida~ Bow

Happy Reading!

***

“Murder is not about lust and it’s not about violence. It’s about possession.” – Ted Bundy

***

“Gwaenchana?” Wanita itu mengulurkan tangannya kepada pria yang terjatuh itu. Mereka bertabrakan saat Myungsoo hendak menaiki kereta jurusan Busan.

Myungsoo terpana beberapa saat memandang rupa wanita itu. Sulit untuk menjelaskannya. Dia sangat rupawan dengan sepasang bola mata indah yang menyejukkan. Jangan lupa bibirnya yang memabukkan. Serta kulit mulusnya yang seputih susu. Satu paket dengan auranya yang menggetarkan. Seperti satu manusia utuh yang hampir sempurna.

“Tuan?”

Suara itu membuat Myungsoo terlonjak dan segera meraih tangan wanita itu.

Jantungnya langsung berdegup tak karuan.

Mereka saling bersentuhan yang sontak saja membuat Myungsoo merinding. Sangat jarang hal itu terjadi. Wanita super cantik dengan postur tubuh yang sempurna menggenggam tangannya lembut. Hampir saja ia meloncat saking senangnya.

“Waeyo?” Kata pertama yang keluar dari bibir Myungsoo sejak terbius beberapa saat yang lalu.

Mata mereka bertemu. Myungsoo dengan sorot penuh kekaguman dan keheranan. Sedang wanita itu memancarkan aura bersahabat.

“Mwo?” Ia tersenyum memerlihatkan eyesmile cantiknya.

Myungsoo langsung tersedak. Ia bergegas bangkit dan merapikan bajunya yang sedikit kotor.

“Kau pasti menyukaiku kan?” Kata Myungsoo dengan percaya diri penuh seperti biasa.

Tawa wanita itu langsung menyembur. Tak ada jawaban. Hanya tawa yang menyembunyikan banyak makna.

Myungsoo memiringkan bibirnya lalu pergi begitu saja. Seperti tujuan awalnya, ia akan ke Busan untuk menghadiri acara Busan Fest. Festival besar besaran dengan berbagai acara di dalamnya.

Kim Myungsoo. Pengangguran kelas berat. Sedang berusaha mencari pekerjaan. Untuk itulah ia mengorbankan dirinya ke Busan untuk menjadi freelancer di festival itu.

“Tuan!”

Wanita itu memanggil sebelum pintu kereta benar benar tertutup.

Myungsoo segera membalikkan badan. Matanya langsung membesar begitu wanita itu melambai ringan ke arahnya. Tak lupa dibarengi dengan senyum menawannya.

Jantung Myungsoo kembali berpacu.

Ada angin kecil yang berhembus di detik detik tertutupnya pintu kereta. Bersama wanita itu yang mengiringi kepergiannya. Bersama senyumnya yang segera menghilang bersama angin yang menyibakkan rambut coklat panjangnya. Semua lenyap setelah kereta itu melesat penuh. Meninggalkan stasiun Seoul yang masih padat di hari Minggu.

Myungsoo melamun. Bayang bayang wanita itu terus muncul dibenaknya. Bahkan ia lupa menanyakan namanya.

***

Myungsoo menatap jam tangannya. Sudah tengah malam. Ia baru saja turun dari kereta terakhir menuju Seoul.

Ya, ia kembali sesaat setelah ia sampai di Busan. Ia membatalkan niatnya. Pikirannya tak tenang. Ia terus memikirkan wanita itu.

Ia harus mencarinya. Tapi bagaimana?

“Akh!” Ia meremas kepalanya.

Setelah dirasanya sia sia berkeliling stasiun, ia kembali berjalan pulang ke rumah dengan sejuta tanda tanya di otaknya.

***

“Kim Myungsoo?” Tanya si pewawancara.

“Ne!” Myungsoo menjawab dengan tegas.

“Pernah bekerja di berbagai tempat sebagai freelancer. Kulihat resume mu, kau cukup terampil di berbagai bidang pekerjaan. Jadi apa yang akan kau lakukan jika sampai di terima di perusahaan ini huh?”

“Aku…” Myungsoo berhenti sejenak saat seseorang tiba tiba masuk. Ia langsung terbelalak.

Wanita itu! Wanita itu!

Myungsoo seperti menjerit dalam hati.

Si intruder masuk hanya untuk menyerahkan beberapa dokumen lalu segera melesat dari sana setelah melemparkan satu senyuman kepada Myungsoo.

Myungsoo dibuatnya terlena sementara.

“Kim Myungsoo-ssi? Kim Myungsoo-ssi!”

“N-ne?” Myungsoo kembali ke dunia nyata. Sesaat ia seperti berada di taman bunga.

“Silahkan jawab pertanyaan tadi.”

Ada senyum aneh yang tiba tiba tersemat di bibirnya. Sorot matanya berubah ambisius.

“Aku akan melakukan apapun.”

“…Kalau perlu…”

“…aku akan menjual jiwaku kepada iblis.”

Hening.

Semua saling pandang dalam keheningan. Luar biasa terkejut. Aura yang dipancarkan Myungsoo mendadak sangat mengerikan dan mengintimidasi. Padahal ia mengatakan semua itu dengan senyum dibibirnya.

***

Myungsoo memotong mayat itu satu persatu bak memotong daging sapi. Bajunya penuh darah. Dan dibibirnya masih tercetak jelas senyum mengerikan itu.

Sudah tiga hari sejak wawancara itu di mulai. Terang saja, dengan jawaban seaneh itu ia ditolak mentah mentah oleh perusahaan itu. Sebagai bentuk penolakannya, ia membunuh si pewawancara dengan membabi buta.

Pertama tama, ia mengikuti kegiatan pria parubaya itu seharian sekaligus menjadi stalker tetap wanita tanpa nama itu.

Setelah ia mengetahui seluk beluk pria pewawancara itu, ia segera mengirim teror ke keluarganya.

Kemarin, pria itu sempat melapor ke polisi. Tapi upayanya sia sia saat sehari kemudian ia dinyatakan menghilang.

Tubuhnya sekarang berada di rumah Myungsoo. Sedang dalam proses pencincangan untuk ia berikan kepada anjing peliharaannya dan kalau persediaan makanannya habis, ia bisa jadikan stok untuk beberapa hari kedepan.

“Seandainya kau menerimaku, maka aku tak akan menjadi pengangguran lagi.” Ia tertawa pelan saat ia selesai menguliti mayat itu. Kepalanya ia masukkan ke dalam kulkas dan beberapa potongannya ia masukkan ke dalam panci.

“Lumayan. Makan malam kali ini sedikit mewah.” Ia mencampurkan daging merah itu dengan lada hitam lalu ia menumisnya di pan layaknya steak.

“Tak ada yang selezat daging pria sehat sepertimu. Tapi aku lebih suka daging balita atau wanita muda yang subur.” Cerocosnya sembari mengaduk ngaduk sup daging manusia yang sedang ia masak di samping steak dagingnya yang baru saja ia lumuri mentega dan daun basil.

Myungsoo menjilat bibirnya saking tak sabarnya.

“Yak Jonggu!” Myungsoo memanggil anjingnya yang sedang duduk di atas permadani di ruang TV.

“Ini untukmu!” Myungsoo melemparkan daging mentah sisa ke mangkuk Jonggu dan menghantarnya kembali ke ruang TV seraya menyiapkan makan malam di sana.

***

Myungsoo menonton berita pagi itu. Keluarga si pewawancara muncul di televisi. Tampak si istri menangis tersedu sedu. Para polisi terlihat menjelaskan tentang menghilangnya si suami. Sudah beberapa hari dan teror yang terjadi selama beberapa hari pun turut menghilang. Myungsoo sudah bosan. Ia butuh target baru. Mainan baru.

“Ah wanita itu!” Tiba tiba ia teringat sesuatu. Myungsoo memeriksa komputernya. Meretas beberapa situs pencarian orang. Dan walah, dia berhasil mendapatkan data data wanita incarannya itu. Tentang riwayat keluarga, tempat tempat yang biasa dia kunjungi, perusahaan perusahaan yang pernah ia tempati kerja dan data data pribadi lain.

Bae Suzy. Lahir di Gwangju. Berumur 25 tahun. Status: bertunangan. Pekerjaan: Pegawai magang di Perusahaan Marketing.

Pupil mata Myungsoo perlahan membesar melihat data itu. Terutama pada bagian ‘status’.

“Jadi untuk apa dia menolongku huh?” Dia mendesis kesal. Melempar mouse dan menendang meja di depannya.

“Ouch!” Ia meringis. Kemarahannya seperti naik ke ubun ubun.

Ia mematikan komputer dan bergegas mendatangi kantor Bae Suzy bekerja.

***

“Yak Bae Suzy!”

Yang dipanggil segera menoleh. Ia sedikit terkejut melihat Myungsoo tiba tiba muncul di hadapannya.

“Ne? Kenapa kau bisa ada di sini huh?”

“Siapa?”

“Huh?”

Myungsoo menatap tajam gadis itu.

“Siapa tunanganmu?”

Suzy langsung tertawa.

“Yak! Apa urusanmu dengan tunanganku huh?” Suzy mengeluarkan tawa dan senyum seramah mungkin.

Langkah Myungsoo mendekat. Dan saat jarak sudah semakin tipis di antara mereka, Myungsoo tampak membisiki Suzy sesuatu.

“Jangan main main denganku.”

Suzy tersentak. Ditatapnya pria yang wajahnya sangat dekat itu.

Ia mulai ketakutan.

“Yak! Kau mau apa?”

Myungsoo tersenyum. Diraihnya tangan Suzy lembut. Suzy seperti tak berkutik.

Lalu ia mengecup telapak tangan itu penuh nafsu.

“Aku mencintaimu, Suzy.”

Suzy refleks menghempaskan tangannya. Yang sontak membuat Myungsoo terdiam.

“Kita bahkan baru sekali bertemu dan kau dengan mudahnya mengatakan hal itu-” suara gadis itu seperti tertelan saat Myungsoo malah menamparnya.

“Namaku Kim Myungsoo.”

“Tak boleh ada yang menolakku.” Myungsoo berbisik bersama ekspresi ketakutan Suzy yang sudah berada di puncak.

“Mengerti?”

Suzy terdiam sampai Myungsoo meraih wajahnya.

“Kau bisa menjawabnya?”

Suzy mengangguk dengan mimik putus asa.

“Yak tuan!” Suara itu menghentikan aksi Myungsoo.

“Jangan berani menyentuh tunangan orang!”

Myungsoo tersenyum lalu berbalik. Bisa ia lihat lelaki tampan dengan postur tinggi nan atletis. Matanya bulat seperti katak. Dan terlihat jantan.

“Ketemu kau.” Myungsoo menatap pria itu dari atas sampai bawah. Menatapnya remeh dan jijik.

“Yak apa yang kau lakukan?!” Pria itu tampak marah lalu berusaha menghajar Myungsoo namun Suzy dengan cepat menahannya.

“Kita tinggalkan saja dia, Minho! Dia gila!” Suzy menarik tangan Minho dan bergegas pergi dari sana.

Myungsoo tak menahan mereka. Dia malah tertawa seraya mengiringi kepergian Suzy bersama pria itu.

“Kurasa aku mendapatkan mainan baru.”

***

“Bae… Suzy…”

Wanita itu terlonjak saat seseorang meniup telinganya. Ia luar biasa terkejut saat Myungsoo sudah berada di hadapannya dengan sebuah boneka beruang raksasa seukuran manusia. Hampir menutupi tubuh Myungsoo keseluruhan.

Suzy terkesiap. Dalam benaknya terus mengutuk pria di hadapannya ini. Padahal ia tahu Suzy sudah punya tunangan tapi pria super nekat ini terus saja mendekatinya. Dan belum lama ini, ia mendengar bahwa Minho diteror oleh seseorang.

Suzy yakin, Myungsoo lah pelakunya. Ia ingin melaporkannya, tapi ia tak punya bukti secuil pun.

Intinya, pria di hadapannya ini sakit. Dia butuh terapi yang sangat lama. Kalau perlu seumur hidup.

“A-ada apa?” Tanya Suzy kikuk. Mereka berada di koridor kantor. Cukup sepi siang itu karena semua pegawai berada di kantin.

“Kau harus menerimanya.” Myungsoo menyerahkan boneka beruang super besar itu.

Suzy terdiam. Ia terpana melihat betapa gilanya Myungsoo sekarang.

“Yak kau tahu? Aku menghabiskan tabunganku untuk membeli ini. Dan tempatnya sangat jauh.” Katanya seraya memaksa Suzy mengambil boneka itu.

Suzy bungkam. Myungsoo semakin memaksanya memegang boneka itu.

“Kau meneror Minho kan?” Empat kata itu yang sanggup Suzy lontarkan sebelum Myungsoo melangkah pergi.

Myungsoo tak menjawab. Hanya senyum miring yang terlihat. Senyum miring yang menakutkan.

“Kalian akan segera menikah kan?” Myungsoo malah melemparkan pertanyaan balik. Suzy sukses terpaku.

“M-mwo?! Darimana-”

“Kalian sedang membutuhkan biaya pernikahan huh?”

Suzy tak bisa berkata apa apa lagi. Ia benar benar shock. Myungsoo tahu semua. Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa dia dengan mudahnya mendapatkan semua info itu?

“Akan kupastikan kalian tak akan mengumpulkan uang untuk pernikahan kalian. Kalian tak akan PERNAH menikah.” Matanya menajam bagai elang. Senyum itu sudah hilang berganti sorot penuh kebencian.

“Yak Myung-”

Suzy tersentak. Matanya membulat sempurna. Myungsoo memeluknya. Makin lama makin erat. Sangat meremukkan. Suzy sampai meringis.

“Lepas-”

“Apakah perlu kulenyapkan dia, Suzy?”

“Mwo-”

“Aku sangat mencintaimu. Sangat. Sangat. Kenapa kau tak mengerti juga huh?”

Suzy terdiam. Ia berhenti memberontak.

“Aku tahu kau juga pasti mencintaiku. Buktinya kau mau menolongku.”

Suzy mendecak dalam hati. Pria ini menderita penyakit jiwa parah dengan balutan narsisme. Sungguh menggelikan.

“Aku menolongmu karena kau manusia.” Akhirnya Suzy mengeluarkan suaranya. Ia tak tahan lagi dengan ucapan ucapan narsis Myungsoo.

Myungsoo langsung melepaskan pelukannya. Di tatapnya wajah Suzy bingung.

“Kau… tidak mencintaiku?”

Suzy tertawa remeh lalu menggeleng pelan.

“Tentu saja TIDAK.” Suzy meletakkan boneka itu di lantai dan memutuskan beranjak pergi. Saat wanita itu akan berlalu tiba tiba Myungsoo menahan dan menariknya. Myungsoo menghempaskan tubuh lemah itu ke dinding dengan keras yang menimbulkan bunyi yang cukup berisik.

Suzy menjerit. Punggungnya serasa remuk.

Myungsoo refleks membekap mulut Suzy dengan telapak tangannya. Wajahnya ia majukan tepat ke wajah Suzy. Ditatapnya sepasang mutiara berpupil itu.

“Aku rasa kau perlu disadarkan.” Bisik Myungsoo. Matanya menajam.

Nafas Suzy naik turun. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipisnya. Ia tak pernah seketakutan ini seumur hidupnya. Pertama kalinya ia berhadapan dengan psikopat sungguhan.

Ketakutan semakin membayangi Suzy saat Myungsoo menariknya paksa. Myungsoo tak lupa menyeret boneka raksasa itu bersama Suzy. Entah mau dibawa kemana dia. Dia takut memberontak. Mungkin Myungsoo akan menyakitinya lebih banyak jika ia melakukannya. Yah, dia hanya harus mengikuti permainan Myungsoo perlahan lahan, lalu nanti ia akan mencari cela untuk kabur.

***

Myungsoo mengikat Suzy di dalam kamarnya. Menyumpal mulutnya dengan kain. Menutup kedua matanya dengan lakban.

Anjingnya sedari tadi menggonggong sejak kedatangan Suzy.

Myungsoo yang terganggu lalu menarik anjing itu ke dapur lalu ia menggorok lehernya dengan sekali tebasan. Darah menyembur dari saluran pembuluh darah lehernya.

“Mianhe Junggo-ah. Kau sangat berisik!” Katanya pada mayat Junggo yang kini tergeletak mengenaskan berbanjirkan darah.

“Nah. Sekarang akan kujadikan kau makan malamku dan Suzy.”

Myungsoo memulai aksinya dengan menguliti anjing itu. Ia mengupas kulit itu lihai bak ahli. Sampai ia ke tahap pemotongan. Ia memotong motongnya tanpa rasa bersalah. Padahal Junggo sudah menemaninya selama lebih satu tahun. Temannya satu satunya.

***

“Suzy chagia…” Myungsoo meniup telinga Suzy yang sontak membuat gadis itu menggeliat.

Myungsoo membuka semua ikatan Suzy. Wajah gadis itu memucat. Matanya bengkak. Sedari tadi ia menangis. Tubuhnya bergetar hebat.

Melihat itu, Myungsoo langsung mendekapnya lembut. Mencoba menenangkannya.

“Tenanglah. Aku akan melakukan apapun untuk membahagiakanmu. Kau tak perlu mencari uang lagi untuk biaya pernikahan, aku masih punya sisa tabungan. Kita akan menikah memakai uangku.” Katanya enteng.

Nafas Suzy naik turun. Mentalnya mulai drop. Matanya melihat ke sana kemari. Ketakutan memenuhi benaknya.

Myungsoo mengelus ngelus pundak Suzy bak pria baik baik dan tulus. Nyatanya tidak. Pria ini benar benar tak bisa membedakan ilusi, delusi, dan kenyataan. Semuanya sama saja. Ia tak bisa membedakan ekspresi Suzy saat ini. Baginya, saat ini Suzy tampak bahagia bersamanya.

Telepon Suzy berbunyi. Myungsoo melihat nama yang tertera “Choi Minho”. Suzy yang seolah tersadar langsung merebut ponsel itu dari tangan Myungsoo. Ia menjawabnya dengan kecepatan penuh.

“Minho-ah dowajuseyo! Dowa-”

Myungsoo merebut ponsel itu dan menghempaskannya ke lantai. Pecah. Hancur. Ponsel itu sudah tak bisa digunakan lagi.

Sorot mata Myungsoo berubah drastis. Aura membunuh terpancar. Ia dalam mode psikopat yang siap menebas setiap kepala yang ditemuinya.

Myungsoo memajukan tubuhnya ke Suzy. Gadis itu mundur. Ia menjerit.

Myungsoo langsung menangkapnya. Tangannya mencekik leher Suzy.

Suzy berusaha mendorong Myungsoo, namun kekuatan pria itu sangat kuat. Myungsoo terus mencekiknya. Suzy terbatuk batuk. Sepertinya ia akan mati sebentar lagi.

Myungsoo seperti tersadar lalu melepaskan tangannya dari leher Suzy.

Ia tersenyum puas melihat Suzy melemas.

“Peringatan pertama. Aku akan mencekikmu sampai kau setengah mati.” Bisiknya.

“Jangan sampai kau mendapatkan peringatan kedua dariku.”

“Mengerti?”

Suaranya sangat mengintimidasi. Suzy sampai menggigil. Tubuhnya bergetar hebat.

Myungsoo kini mengangkatnya ala bridal menuju ruang makan tanpa mau tahu kondisi Suzy sekarang.

Mimik itu. Mimik keputus asaan.

***

“Kau tahu, aku sudah beberapa kali membunuh karena mereka menolak permintaanku. Jadi mungkin saja aku akan membunuhmu kalau kau menolakku.” Katanya saat ia mulai menyantap makan malamnya.

Sorot mata Suzy kosong. Seperti tak punya daya lagi untuk hidup.

“Aku tahu, kau masih mencintaiku kan meski kau sudah jadi mayat? Aku bisa saja melakukannya sekarang agar si berengsek tunanganmu itu tak memilikimu.” Myungsoo melemparkan pandangannya ke Suzy dengan penuh kasih. Gadis itu hanya menatap makanannya tanpa berniat menyantapnya sedikitpun. Ia sedang tak bernafsu.

“Yak jangan buang buang makanan. Aku tak memotong anjingku untuk kau buang buang seperti itu!” Volume Myungsoo meninggi.

Suzy tersentak. Ia mengangguk lemah lalu mengambil sesendok dengan ragu. Ia mau muntah rasanya.

Suzy menurut kali ini. Kalimat kalimat Myungsoo tadi sudah tercetak jelas di kepalanya. ‘Jika kau menolakku maka kau akan mati di tanganku.’ Bahkan berkata pun sulit. Aura yang Myungsoo pancarkan benar benar mengerikan. Padahal saat ia bertemu Myungsoo pertama kali, lelaki ini seperti pria putus asa yang mencari cari pekerjaan. Pria pengangguran yang tak memiliki siapa siapa. Nyatanya, pria ini adalah psikopat kejam yang tanpa ampun menghabisi korbannya. Tak mengenal gender ataupun usia. Tak mengenal apakah dia adalah orang yang dia cintai atau orang yang dia benci.

Suzy menyesali niat awalnya sekarang. Kalau saja. Kalau saja ia tak sengaja menabrak Myungsoo. Kalau saja ia tak sengaja ingin menemui pria itu.

Pria yang menjadi targetnya.

“Aku tahu. Kau membuatku jadi targetmu sejak awal kan?”

Suzy terkesiap. Ia berhenti mengunyah. Matanya kancap menatap Myungsoo yang kini tersenyum.

“Kau mengira aku hanya pria kesepian tanpa seseorang. Kau mungkin akan berfikir bahwa jika aku menghilang, maka tak akan ada yang mencariku. Dengan begitu kalian akan aman.”

Suzy hendak membuka mulutnya sampai Myungsoo menghentakkan meja yang sukses membuat Suzy kembali bungkam.

“Kalian… sedang membutuhkan uang kan?” Myungsoo memajukan tubuhnya. Bisa ia lihat wajah super terkejut Suzy.

“Tapi kalian pasti sangat terkejut, karena target kalian ternyata lebih sadis dari kalian sendiri.” Katanya sarkastis. Bisa ia lihat sepasang mata Suzy membesar sempurna.

“Kalian ingin membunuhku. Lalu mengambil organ organku untuk dijual kan?” Myungsoo menaikkan alisnya seraya tersenyum miring.

Suzy langsung berdiri dari kursi. Ia memundurkan langkahnya. Ia tak bisa lagi menghadapi intimidasi Myungsoo yang sukses membuat mentalnya hancur.

Myungsoo tersenyum lalu perlahan melangkah maju menuju Suzy yang semakin menunjukkan keputus asaannya.

“Dengan menjual organ organku, kalian bisa menikah. Dan hidup bahagia… selamanya…” Katanya setelah berhasil memerangkap Suzy. Suzy berhenti saat punggungnya menabrak dinding.

Suzy menjerit kencang. Ia menangis sebisanya. Ia tak punya harapan. Pupus sudah. Ia hanya bisa menjerit untuk mengeluarkan semua ketakutannya.

Myungsoo membekapnya dengan tangan kanan. Sedang tangan kirinya memainkan wajah Suzy. Mengelusnya pelan dengan matanya yang intens masuk ke pancaran mata Suzy.

“Kau milikku…” bisiknya.

Airmata Suzy mengalir dan terus mengalir. Suaranya tertahan. Myungsoo masih setia dengan posisi itu.

“Menangislah… menangislah…” Myungsoo melepaskan bekapannya dan mulai mengecup bibir Suzy lalu melumatnya kasar.

Suzy tak memberontak. Hanya air mata dan sakit di dadanya yang menemaninya. Perasaannya bercampur aduk. Jiwanya hancur.

***

Suzy terbangun saat jam weker di samping ranjang berbunyi. Air matanya mengalir saat ia melihat dirinya yang tak berbusana tertutup selimut bersama Myungsoo di sampingnya.

Yah, ia ingat betul apa yang telah Myungsoo lakukan semalam. Ia memperkosanya dengan brutal. Mula mula ia mengikat Suzy dan memukulnya dengan ikat pinggang. Bekasnya masih memerah di kulit mulusnya.

Ia meringis merasakan tubuhnya yang kaku dan nyeri. Ia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya dan bergegas berlari ke kamar mandi untuk membuang semua makanan yang ia makan semalam. Ia serasa ingin muntah.

Saat ia kembali, Myungsoo sudah duduk di pinggir ranjang dengan hanya memakai celana pendek, tersenyum menyambutnya dengan kedua tangan terbuka, hendak memeluknya. Suzy terdiam beberapa saat sampai ia memutuskan untuk menyambut pelukan itu. Ia menjatuhkan kepalanya ke dada bidang itu. Ia ingin mengeluarkan semua sumpah serapahnya kepada pria ini, tapi apa daya, dia hanya gadis lemah. Myungsoo menang kali ini. Menang dari segi apa pun.

“Aku sangat menikmatinya. Semalam sangat indah.” Bisik Myungsoo yang sontak membuat Suzy menggigit bawah bibirnya. Ia sangat ingin menangis, menjerit, mengeluarkan kata kata kotor dan kutukan. Tapi ia menahannya. Ia benar benar menahannya. Ia takut dengan ‘peringatan kedua’ itu.

“Mau melakukannya lagi?”

Suzy menggeleng pelan.

“Aku lelah.”

Myungsoo tersenyum mengerti. Sifatnya selalu berubah ubah. Sangat sulit menebak perubahan suasananya dari waktu ke waktu. Sepertinya Suzy menemukan peluang untuk kabur. Ia akan melakukannya saat mood Myungsoo sedang baik.

“Sekarang kau mandi dulu. Aku akan menyiapkan makan pagi.”

“Myungsoo!”

Myungsoo berhenti melangkah dan berbalik.

“Bagaimana kalau aku berbelanja ke supermarket?” Suzy berusaha tersenyum seramah mungkin. Myungsoo terlihat berfikir sejenak. Sampai ia tersenyum dan mengatakan satu kata penuh harapan itu.

“Ne.”

Wajah Suzy berubah sumringah. Cahaya wajahnya kembali.

***

Suzy mengerucut saat ia sudah berada di supermarket. Myungsoo di sampingnya. Memegang erat tangannya. Tangannya terborgol bersama tangan Myungsoo dan kuncinya berada di kantung Myungsoo.

Orang orang yang ada di sana melihatnya dengan mimik keheranan. Seolah olah berkata ‘dasar pasangan aneh!’ atau ‘anak muda jaman sekarang kalau sedang lovey dovey sangat berlebihan.’ dan ungkapan ungkapan lainnya. Suzy sangat malu. Sedangkan Myungsoo terlihat biasa saja.

“Kau sudah dapat yang kau butuhkan?” Tanya Myungsoo saat melihat Suzy sedari tadi menatapnya dengan pandangan kesal.

“Ne.” Suzy mencoba tersenyum. Tapi malah jadi aneh. Myungsoo lantas mengusap kepala Suzy gemas.

“Kau lucu hari ini.” Katanya lalu berjalan menuju kasir.

Suzy terkesiap. Ia bingung dengan sikap Myungsoo barusan. Dia seperti pria normal yang sedang mengusap pelan kepala pacarnya. Seperti pria pria imut yang sedang dimabuk cinta diluar sana. Benar benar perubahan mood yang luar biasa.

***

Suzy memandang Myungsoo yang sedang memasak di dapur. Walau bengis, ternyata Myungsoo pandai memasak. Suzy sampai tak bisa melepaskan pandangannya saat pria itu memotong motong bahan dengan lihainya bagai chef chef di TV. Ia terpesona.

“Psikopat benar benar memesona dari luar.” Tak sadar ia bergumam dengan senyum di bibirnya.

Tak lama ia memandangi pria itu dengan penu kekaguman sampai ia meilihat Myungsoo kini mengeluarkan sebuah kepala manusia yang di taruh di atas piring dan membuangnya ke tempat pembakaran sampah.

Matanya sukses membelalak. Ia mual mual lalu berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan muntahannya.

Semua reaksi reaksi tertariknya seketika sirna. Ia harus mencapnya di benaknya. MYUNGSOO ADALAH PSIKOPAT. DIA ADALAH PSIKOPAT.

“Gwaenchana?” Myungsoo tiba tiba sudah berada di belakang yang sontak membuat Suzy terperanjat.

“N-ne.”

Myungsoo memeluknya perlahan. Meresapi back hug itu dalam.

“Makanannya sudah siap, chagi.” Myungsoo mengecup pipi Suzy gemas lalu bergegas menarik Suzy menuju dapur.

Suzy menurut bersama ingatan ingatan tadi yang masih tak lepas.

***

Suzy mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Kamar itu cukup luas. Sebagai pengangguran, Myungsoo cukup terlihat berkelas dengan rumah kelas menengah itu. Entah darimana pria itu mendapatkan uang untuk membeli rumah dan bisa bertahan hingga saat ini hanya mengandalkan tabungan peninggalan ibunya yang tersisa serta sisa gajinya sebagai freelancer disana sini. Dan seperti kata Myungsoo, ia sudah banyak membunuh orang dan tak pernah tertangkap. Mungkin begitulah mengapa Myungsoo dengan mudah mengetahui semua rencananya. Dia lebih cerdik dari polisi. Ia lebih cerdik darinya.

Suzy menguap lebar. Ia bosan. Myungsoo saat ini sedang keluar untuk menjalani tes wawancara di salah satu perusahaan swasta. Dan ia ditinggal sendiri di kamar itu bersama boneka beruang raksasa di sampingnya. Jangan sangka Suzy baik baik saja, dia terborgol bersama ranjang itu. Ia tak bisa kemana mana.

Suzy mengerucut. Bergumam tidak jelas. Seperti mengajak boneka itu bicara dan mengeluarkan semua sumpah serapahnya. Menganggap boneka itu adalah Myungsoo.

“Kau berengsek!”

“Psikopat!” Suzy meninju perut boneka itu gemas.

Tiba tiba terdengar suara bel di luar. Suzy dibuatnya tersentak. Yang pasti itu bukan Myungsoo. Pria itu tak mungkin memencet bel rumahnya sendiri.

Suzy mengambil weker di meja lalu melemparnya ke pintu kamar. Suara gaduh yang ia ciptakan agar si pemencet bel tahu bahwa ada orang di rumah.

“Yak tolong aku!” Suzy berteriak sekencang kencangnya. Sayang, musik di ruang tamu cukup berisik. Myungsoo sengaja memutar lagu dengan kencang agar suara Suzy tak di dengar oleh siapapun jikalau ada tamu. Lalu ada suara rekaman yang akan terputar jika seseorang memencet bel.

‘Pergilah! Aku sedang sakit! Nanti saja datangnya!’ Begitulah bunyi rekaman itu. Sengaja ia siapkan agar orang orang tak berani mendobrak rumahnya jika saja ia tahu bahwa pemilik ada di rumah.

Suzy mendadak frustasi saat suara bel tak terdengar lagi.

“YAK TOLONG AKU!” Jeritnya mulai putus asa. Sesaat yang lalu ia seperti mendapatkan titik terang, namun sedetik kemudian ia seperti terhempas dari ketinggian.

“TOLONG!” Suzy menarik narik tangannya meski sia sia. Borgol itu tak bisa lepas tanpa kunci. Airmatanya mulai mengalir.

“Suzy?! SUZY?!”

Suzy mengenal suara itu. Yah, itu suara Minho!

Tentu saja Minho mengetahui rumah Myungsoo. Mereka bersama sama menyelidiki Myungsoo untuk dijadikan target selanjutnya. Menjual organ organnya ke pemasok ilegal. Suzy hampir tahu semua tentang Myungsoo kecuali satu hal: DIA ADALAH PSIKOPAT SESUNGGUHNYA!

“Suzy aku tahu kau ada di dalam! Aku segera ke sini setelah tahu Myungsoo sedang tak berada di rumah! Yak Suzy! Kau bisa mendengarku?!”

Suzy hampir saja melompat saking senangnya. Ia punya peluang selamat.

“OPPA! DOWAJUSEYO! AKU ADA DI DALAM KAMAR!” Suzy mengeluarkan jeritan terkuatnya yang mampu menembus suara berisik dari musik itu.

“TUNGGU AKU SUZY! AKU AKAN MENCARI CARA MENGELUARKANMU!”

Airmata Suzy mengalir. Tangis bahagia. Akhirnya ia akan bebas.

Tiba tiba seluruh memorinya bersama Myungsoo terputar di benaknya. Semuanya. Wajahnya bahkan membekas di ingatannya. Wajah lembutnya saat tersenyum. Sikap manisnya saat ia mengusap pelan kepalanya.

Senyum Suzy memudar. Mulai tumbuh rasa tak rela untuk pergi dari rumah itu. Suzy menggigit bawah bibirnya. Merasa apa yang dirasakannya sangat konyol.

“Aku ingin bebas. Aku ingin bebas.” Ia menggeleng pelan. Mencoba menghilangkan bayang bayang Myungsoo.

“Suzy.”

Myungsoo mendadak muncul di ambang pintu. Suzy shock bukan main. Bagaimana bisa pria ini?!

“Myung-”

“Jangan kaget begitu. Ini adalah rumahku. Aku punya pintu rahasia untuk bisa masuk ke sini tanpa melalui pintu utama.” Ia tersenyum remeh.

“Pria di luar. Dia sedang apa huh?” Myungsoo tersenyum miring seraya mendekati Suzy. Pelan. Semakin dekat.

“Ahh dia sangat menyusahkan.” Myungsoo sudah berada di depan Suzy. Wajahnya mendekat. Pupil Suzy membesar saat Myungsoo mengecup bibirnya lembut. Tak seperti biasa.

“Aku ingin bibir itu.” Myungsoo mengerucut seraya mencubit kedua pipi Suzy gemas.

Suzy dibuatnya terpana. Mulutnya sedikit ternganga saking shocknya. Ia belum bisa mengerti mengapa Myungsoo berada di hadapannya sekarang. Dan sikap itu! Apakah ini hantu Myungsoo? Atau kembarannya?

“Aku ingin mata itu.” Ekspresi Myungsoo berubah drastis. Suzy langsung was was. Yeah, The old Myungsoo is back. Sekarang ia paham, pria ini adalah Myungsoo.

“Aku ingin mencungkil mata itu.” Myungsoo mencengkram dagu Suzy kasar. Gadis itu tak berani berteriak, ia tahu resikonya.

“Dan merobek bibir itu.”

Deg!

Jantung Suzy seakan mau lepas.

“Pria itu tak boleh memilikinya. Ne?”

Suzy menggeleng takut.

“Aku sedang tak mood melayani pria itu. Jadi maukah kau menyuruhnya pulang, huh?” Myungsoo mengeluarkan pisau dari balik jasnya dan menekannya ke leher Suzy.

Suzy tersudutkan. Sekali saja ia memberontak, maka kepalanya putus.

“Bagaimana, Suzy?”

Suzy mengangguk perlahan.

“Oppa! Pulanglah! Aku baik baik saja!” Airmata yang sedari ia tahan mengalir begitu saja.

“MWO?! YAK SUZY!”

“PULANGLAH OPPA! AKU TAK MAU MELIHATMU LAGI! AKU…” Suzy melemparkan pandangannya ke Myungsoo yang tak terlihat tak sabar.

“AKU… AKU MENCINTAI MYUNGSOO!”

Ada senyum lebar yang tercetak di bibir Myungsoo. Senyum yang teramat puas.

“Akhirnya kau mengakuinya, chagi.” Myungsoo sekali lagi mengecup bibir Suzy.

Hening beberapa saat sampai suara gaduh terdengar di luar.

Pintunya seperti hendak di dobrak oleh seseorang.

“YAK KAU PRIA BRENGSEK KELUAR KAU! AKU TAHU KAU SEDANG MENGANCAM SUZY KAN?!” Minho memukul mukul pintu itu dengan balok yang ia temukan di jalanan. Terus berusaha mendobrak dan merusak pintu berpassword itu.

“Sepertinya ucapanmu sia sia saja, chagi. Dia benar benar gila.” Myungsoo mendecak lalu membebaskan Suzy dari borgol itu dan menariknya keluar bersama pisau yang terus ia todongkan ke leher Suzy.

“Mari berjalan sampai ke ruang tamu.” Myungsoo menuntun Suzy.

Pintunya sudah hampir rusak. Minho menghantamnya membabi buta. Beberapa tetangga terlihat menutup semua pintu dan jendelanya. Enggan terlibat dengan masalah tetangganya. Sepertinya mereka tahu siapa Myungsoo.

Welcome!” Myungsoo menyambut Minho yang berhasil menerobos pintu itu. Nafasnya tersengal sengal. Ia hampir kehabisan tenaga. Sementara Myungsoo bersama Suzy yang sebagai sandera memberikan senyum terbaiknya kepada pria itu.

“BRENGSEK!” Minho meludah ke samping melihat Suzy yang tak berdaya. Airmata gadis itu terus mengalir. Wajahnya terlihat sangat lelah.

“Kalau kau bergerak sesenti pun, kepala tunanganmu ini akan putus, Minho-ssi huh?”

Minho mendecak.

“Yak brengsek! Aku sudah melapor polisi! Kau pikir aku sebodoh itu huh? Kau akan berakhir di BUI!”

Myungsoo tertawa keras.

“Aku tahu! Dasar bodoh!”

Minho mengeryit. Lalu kenapa pria ini terlihat tanpa beban?

“Polisi tak akan datang ke sini.”

“Wae?!”

“Aku sudah memblokir panggilanmu. Yang kau telpon bukan polisi.”

“Tapi aku.”

“Kau menelponku.”

“Makanya aku segera kesini.” Myungsoo tertawa kesetanan.

Minho tergemap. Semua keberaniannya hilang begitu saja. Ia mengaku sekarang. Mengakui betapa hebatnya pria dihadapannya ini. Mengakui betapa cerdiknya pria psikopat ini.

“Sekarang apa yang akan kau lakukan Minho-ssi? Kau tak bisa bergerak sesenti pun.”

Minho membatu. Ia kehilangan akal. Semua intimidasi Myungsoo sukses membuatnya tertekan.

“Minho-”

Kata kata Myungsoo tertelan saat Minho tiba tiba berlari ke arahnya.

Doar!

Doar!

Doar!

Tiga tembakan menembus jantung pria itu. Ia jatuh tersungkur dengan mulut ternganga. Suzy menjerit kencang.

Minho berhasil Myungsoo lumpuhkan dengan pistol tersembunyinya. Senjata keduanya.

“Kau tahu, dalam perang, kau tak boleh hanya mengandalkan senjata utamamu saja. Kau harus punya senjata kedua. Atau kau akan kalah.” Myungsoo meniup pistolnya yang mengeluarkan asap setelah tiga tembakan berhasil ia lepaskan.

Suzy terlihat sangat terpukul melihat tunangannya tewas begitu saja. Ia langsung jatuh tersungkur dan pingsan di tempat.

***

“Suzy!” Mata Suzy perlahan terbuka. Wajah ceria Myungsoo menyapanya. Di tangan pria itu ada dua buah toples berisi ginjal dan dua bola mata.

“Ayo kita jual organ organ Minho untuk biaya pernikahan kita!”

Suzy membelalak. Terdiam selama sepersekian detik sampai seulas senyum tercetak di bibirnya. Ia tak punya pilihan lagi. Ia tak akan pernah bebas.

“Terserah kau.”

Myungsoo tak kuasa menahan diri, ia langsung menghamburkan pelukannya.

I THINK YOU LOVE ME SO BADLY, SUZY!” Katanya kemudian mengecup bibir Suzy lembut.

***END***

Annyeong chingudeul! Balik lagi! XD XD mian aku malah balik dengan oneshoot. Aku belum tahu kapan mau lanjutin Living Dead *bagi yg nunggu* tapi aku pasti lanjutin. Aku lagi enak enaknya nikmatin liburan jadi lagi males malesnya, tapi oneshoot ini kebetulan ada ide aja dan mood pun bangkit kembali. Tapi buat ngelanjutin LD secepatnya, mungkin belum dulu. Nanti dah ya XD XD mianhae XD hmm btw buat yang pernah sempat request FF mian aku belum buatin. Jadi FF ini aja sebagai gantinya yaaa 😀 , tipenya sama kok *myung suka nyiksa suzy* XD jadi mulai sekarang aku gak buka request lagi. Agaknya saya tipe orang yang gak suka hal yang seperti itu *ige mwoya* i’ll do what i want to do, i’ll make what i want to make hahahaha mianhee XD jadi fitur request dinyatakan di tutup *ketok palu* *siapa yang peduli woy!* *bicara sendiri* XD

Yosh segitu dulu~

RCL ya

Ghamsahamnida~

*Bows

18 thoughts on “FF I Think You Love Me So Badly (Oneshoot)

  1. myung ternyata spycopath…suzy dan minho ternyata juga gila…kkkk
    suzy akhirnya ngalah dan mau hidup dgn myung….myung nyeremin abissss…..!!!!!

  2. Ukkkh smpet mual sndri bca’a ishhh Myung bnr2 psyco,,,
    smpet curiga jg m Suzy wktu brtbrkn m Myung v spa sngka trget Suzy mlah lbih sadis,,,, Suzy jg udh mulai cnta ya m Myung,,, ukkkh Minho nasib nasib :p…

    FIghting Thor 🙂

  3. psyco tingkat akut, seorang psyco dengan kemampuan diatas rata2. g ada jalan keluar lg jd mau g mau suzy terpaksa rela dinikahi. entah akan seperti apa kehidupan pernikahan mereka ckckck

  4. Pas bagian myungsoo yg membunuh,menyembunyikan dan memakan daging manusia bener” membuatku mual benar” mengerikan.aigoo myungsoo bener” psikopat yg udah akut banget…nasib suzy sangat malang karena dicintai pria seperti itu.jika para tetangganya tau tntang bagaimana kelakuan myungsoo,kenapa tidak ada daei mereka yg melaporkan myung ke polisi?

  5. Oh my wooowww. Ah chingu saranghae 😍😍 nan jinjja jhoa. 😁😁
    Entah knpa aku sukaaaa skali sma ff yg genrenya kyak gini dark & dangerous love, apalagi klo castnya myungzy. 😄😄
    Uaah, suzy kena stolckhom syndrom. Jatuh cinta sama si penculik a.k.a myungsoo 😆
    Ditunggu lagi ff lainnya. Fighting 😄😄 ^^9

Tinggalkan Balasan ke Kim BaeJi Batalkan balasan